Source: Lampiran Surat Edaran
Bank Indonesia No.13/36/INTERN tanggal 25 Oktober 2011, Pedoman Pengawasan Bank
Berdasarkan Risiko untuk Tahapan Penilaian Risiko dan Tingkat Kesehatan Bank
(Risk Based Bank Rating), Handbook Penilaian Risiko Pasar
KONSEP DASAR
RISIKO PASAR (Part III)
4. Pengukuran Risiko Pasar
a. Pengukuran untuk Portofolio Trading dan FVO
Dengan melakukan pengukuran risiko
pasar, bank dapat memantau dan mengendalikan risiko pasar secara memadai
sehingga bank terhindar dari kerugian besar pada kondisi pasar yang tidak
normal. Pengukuran risiko pasar atas instrumen trading book dan FVO umumnya meliputi pengukuran
nominal/posisi, pengukuran sensitivitas, pengukuran opsionalitas, simulasi
skenario, pengukuran dengan model internal (Value at Risk/VaR), dan stress testing. Bank dapat menggunakan satu atau lebih alat pengukuran
tersebut sesuai dengan kompleksitas eksposur risiko pasar.
Semakin kompleks instrumen atau produk
bank, semakin kompleks model pengukuran yang digunakan. Namun demikian, model
pengukuran risiko dimaksud digunakan dengan saling melengkapi. Tingkat
kompleksitas model pengukuran risiko pasar dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2
Kompleksitas Model Pengukuran Risiko
Pasar
1) Pengukuran Nominal/Posisi
Pengukuran nominal/posisi adalah
metode paling dasar untuk mengukur risiko
pasar. Pengukuran tersebut
menterjemahkan risiko sebagai akumulasi nilai nominal
transaksi yang dilakukan bank. Untuk
bank dengan aktivitas trading
yang tidak
kompleks, pengukuran nominal biasanya
cukup memadai untuk pengendalian risiko
pasar, karena mudah dilakukan dan
tidak memerlukan proses yang lama.
Contoh pengukuran nominal/posisi
adalah sebagai berikut:
Berdasarkan ilustrasi tersebut,
terlihat bahwa terdapat posisi short sebesar
Rp1.750.000 yang harus ditutup dengan posisi long agar posisi valuta asing bank saling tutup (matched). Apabila posisi short tidak tertutup seluruhnya, maka terdapat
posisi terbuka (net
open position) yang akan
terekspos pada perubahan nilai tukar. Meskipun pengukuran nominal/posisi
tersebut mudah dilakukan karena sangat sederhana, pengukuran ini memiliki
kelemahan karena tidak merefleksikan sensitivitas atau volatilitas harga,
terutama untuk instrumen derivatif yang nilainya ditentukan oleh nilai aset
yang mendasari (underlying
asset), yang dapat
berubahubah dengan cepat sesuai kondisi pasar. Oleh karena itu,bank yang
memiliki instrumen yang kompleks atau produk terstruktur wajib menggunakan
metode pengukuran yang lebih kompleks agar dapat mengukur risiko pasar dari
instrumen tersebut secara lebih akurat.
2) Pengukuran Sensitivitas
Keterbatasan pengukuran nominal
mendorong pengembangan pendekatan yang lebih akurat dalam mengukur risiko
pasar, antara lain dengan metode PVBP (present value of a basis point) atau durasi (duration). PVBP menghitung nilai sekarang
suatu instrumen terhadap perubahan suku bunga sebanyak 1 basis point. Contoh pengukuran PVBP adalah
sebagai berikut:
PVBP dihitung dengan cara berikut:
a) Mencari nilai sekarang atas aliran
kas di masa depan dengan menggunakan suku bunga saat ini;
b) Meningkatkan suku bunga sebesar 1
bp;
c) Mencari nilai sekarang aliran kas
di masa depan dengan menggunakan tingkat
suku bunga baru (suku bunga saat ini +
1 bp); dan
d) Selisih antara nilai poin a dan c
adalah PVBP.
Durasi adalah pengukuran linier atau
derivatif pertama perubahan harga instrumen sebagai respon terhadap perubahan
suku bunga. Apabila suatu bank memiliki sejumlah instrumen keuangan dalam suatu
portofolio, maka dengan menghitung bobot tertimbang durasi seluruh instrumen
pada portofolio tersebut, dapat diperoleh agregasi sensitivitas harga untuk
portofolio tersebut dengan menggunakan faktor konversi tertentu. Durasi
portofolio kemudian dapat digunakan sebagai alat mengukur risiko suku bunga
bank. Meski metode PVBP dan durasi memberikan informasi yang berharga mengenai eksposur
risiko pasar, metode tersebut memiliki keterbatasan dalam pengukuran eksposur
instrumen dan portofolio yang kompleks. Antara lain, metode durasi tidak mengukur
konveksitas atau volatilitas instrumen yang ada dalam portofolio. Pada pengukuran
durasi yang merupakan pengukuran derivatif pertama dari perubahan harga
terhadap perubahan suku bunga, perubahan harga diasumsikan linier terhadap perubahan
suku bunga. Pada kenyataannya, perubahan harga tidak selalu linier dengan
perubahan suku bunga, sehingga membentuk kurva. Dalam hal ini, pengukuran
durasi tidak akurat untuk mengukur sensitivitas harga terhadap perubahan suku
bunga. Konveksitas merupakan pengukuran bentuk kurva atau derivatif kedua dari
perubahan harga instrumen keuangan terhadap perubahan suku bunga, yang lebih
tepat merefleksikan sensitivitas terhadap perubahan suku bunga pada hubungan
harga dan suku bunga yang tidak linier. Oleh karena itu, pengawas bank perlu
memastikan bahwa pengukuran durasi digunakan untuk mengukur instrumen yang
sesuai dan apabila dibutuhkan, wajib dilengkapi pula dengan pengukuran yang
lebih tepat (konveksitas) sesuai dengan karakteristik instrumen bank.
3) Pengukuran Opsionalitas
Dalam bentuk yang paling sederhana,
nilai suatu opsi dapat diterjemahkan sebagai fungsi dari harga aset yang
mendasari opsi relatif terhadap harga eksekusi opsi, volatilitas harga aset
yang mendasari opsi, jangka waktu kontrak opsi sampai dengan jatuh waktu, dan
tingkat suku bunga pasar. Bank pada umumnya menggunakan faktor-faktor berikut
untuk mengukur dan mengelola Risiko Pasar atas posisi opsi:
a) Delta mengukur sejauh mana nilai
opsi dipengaruhi oleh perubahan (kecil)
harga aset yang mendasari. Nilai delta
terletak di antara 1 dan -1, atau dinyatakan dalam persentase. Apabila opsi
memiliki delta 0,25 (25%), artinya nilai opsi akan memiliki perilaku yang sama
dengan 25% aset yang mendasari;
b) Gamma mengukur sejauh mana delta
opsi akan berubah pada saat harga aset
yang mendasari berubah. Semakin tinggi
gamma, semakin besar nilai opsi bagi
pemegangnya;
c) Vega mengukur sensitivitas nilai
opsi terhadap perubahan ekspektasi pasar
terhadap volatilitas aset yang
mendasari;
d) Theta mengukur seberapa jauh nilai
opsi berubah saat opsi mendekati jatuh
tempo;
e) Rho mengukur sejauh mana nilai opsi
berubah sebagai respon terhadap
perubahan suku bunga jangka pendek,
semakin tinggi rho, semakin rendah nilai
opsi bagi pemegangnya.
Untuk memahami lebih lanjut mengenai
pendekatan pengukuran opsi, pengawas
bank dapat mempelajari model Black-Scholes, Hull and White, atau Black, Derman
and Toy, model binomial, atau simulasi Monte Carlo.
4) Analisis Skenario
Bentuk lain pengukuran risiko pasar
adalah melalui estimasi potensi perubahan nilai
instrumen dan portofolio pada berbagai
skenario perubahan faktor risiko. Secara
sederhana, perubahan faktor risiko
dapat diaplikasikan pada pengukuran sensitivitas
seperti metode durasiatau PVBP untuk
menentukan perubahan nilai instrumen dan
portofolio pada berbagai skenario.
Skenario dapat ditetapkan secara arbitrary atau
ditentukan secara statistik
berdasarkan analisis data historis atau berdasarkan
peramalan (forecasting) atas perilaku faktor risiko pada
berbagai situasi. Dalam
metode statistik, suatu skenario
dipilih berdasarkan probabilitas bahwa skenario
tersebut akan terjadi dalam rentang
waktu tertentu. Biasanya digunakan standar
deviasi untuk menyimpulkan skenario
tersebut. Standar deviasi adalah pengukuran
variasi variabel acak ( random) seperti perubahan harga instrumen
keuangan.
Besarnya standar deviasi yang
dikombinasikan dengan pengetahuan mengenai jenis
distribusi probabilitas yang
melatarbelakangi perilaku variabel acak memungkinkan
analis mengkuantifikasikan risiko
dengan mengukur probabilitas terjadinya suatu
skenario tertentu. Untuk variabel acak
dengan distribusi normal, 68% dari observasi
jatuh pada + 1 standar deviasi dari
rata-rata perubahan, 90% pada 1.65 standar
deviasi, 95% pada 1,96 standar
deviasi, dan 99% pada 2.58 standar deviasi.
Dengan asumsi bahwa perubahan faktor
risiko terdistribusi secara normal,
perhitungan standar deviasi atas
perubahan tersebut dapat digunakan untuk
menentukan skenario yang secara
statistik memiliki probabilitas terjadi, misalnya
skenario yang akan terjadi pada 90%
atau 95% dari observasi.
Alternatif lainnya adalah dengan
menggunakan skenario historis dan
mengasumsikan bahwa probabilitas
terjadinya skenario tersebut di masa depan
sama dengan frekuensi terjadinya
skenario tersebut di masa lalu. Namun demikian,
pergerakan jangka pendek pada harga
instrumen keuangan umumnya tidak
terdistribusi secara normal, khususnya
probabilitas pergerakan yang ekstrim akan
lebih tinggi daripada yang
diprediksikan oleh distribusi normal. Dalam hal ini,
metode pengukuran yang lebih kompleks
mungkin dibutuhkan untuk menentukan
skenario yang lebih sesuai.
Hal penting yang perlu diperhatikan
dalam melakukan simulasi skenario adalah
interaksi dan hubungan antar posisi
instrumen keuangan. Keterkaitan antar posisi
biasanya diidentifikasi dengan
menggunakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi
adalah ukuran kuantitatif terhadap
bagaimana perubahan pada suatu variabel
terkait dengan variabel lainnya.
Besaran (magnitude) koefisien korelasi mengukur
probabilitas dua variabel akan
bergerak bersama secara linier. Dua variabel (harga
instrumen) yang pergerakannya sangat
terkait satu sama lain akan memiliki
koefisien korelasi mendekati 1 (satu).
Semakin tidak terkait variabel yang satu
dengan yang lain, koefisien korelasi
akan mendekati 0 (nol). Secara konseptual,
penggunaan koefisien korelasi
memungkinkan bank memasukkan berbagai faktor
risiko ke dalam satu analisis risiko.
Analisis ini bermanfaat untuk mengukur
instrumen yang nilainya terkait dengan
lebih dari satu faktor risiko, misalnya
derivatif nilai tukar, dan untuk
mengukur risiko suatu portofolio trading.
Penggunaan korelasi juga memungkinkan
bank melakukan lindung nilai posisi, yaitu
secara parsial melakukan offsetting posisi long pada suatu valuta asing atau skala
maturitas dengan posisi short pada valuta asing atau skala maturitas
lainnya dan
untuk mendiversifikasikan risiko harga
pada suatu portofolio. Besarnya korelasi
antar instrumen dalam suatu portofolio
menentukan tingkat offsetting
atau
diversifikasi risiko. Dengan
menggunakan korelasi, bank dapat menterjemahkan
seluruh posisi, pada seluruh faktor
risiko, menjadi satu figur risiko.
5) Value at Risk
a) Definisi
Value at Risk (VaR) dari suatu portfolio
didefinisikan sebagai suatu perkiraan
maksimum kerugian yang dapat terjadi
pada portofolio risiko bank pada jangka
waktu/periode tertentu dengan tingkat
keyakinan statistik tertentu. Dengan
demikian, berdasarkan perhitungan
statistik yang dapat dipercaya, model
pengukuran risiko yang digunakan harus
mampu memperkirakan (dengan
tingkat kepercayaan tertentu) limit
maksimum kerugian dari suatu portfolio
pada suatu waktu tertentu. Untuk
tujuan perhitungan beban modal risiko
pasar, perhitungan VaR didasarkan pada
tingkat kepercayaan 99% yang
bersifat satu sisi (one tail), yaitu sisi kerugian.
Apabila suatu bank telah disetujui
oleh Bank Indonesia untuk menggunakan
model VaR untuk menghitung KPMM, maka
perhitungan VaR bank harus
dilakukan dengan menggunakan pergerakan
harga instan yang ekuivalen dengan pergerakan harga dalam rentang waktu 10
(sepuluh) hari kerja, sehingga suatu eksposur diasumsikan akan dimiliki bank
minimal selama 10 hari kerja. Asumsi 10 hari kerja berarti bahwa semua
perhitungan yang relevan harus berdasarkan perubahan harga selama jangka waktu
10 hari kerja. Perhitungan VaR wajib menggunakan periode observasi historis
(periode sampel) minimal selama 1 tahun (250 hari kerja). Bagi bank yang
menggunakan
metode pembobotan (Weighted Moving
Average) atau metode
lainnya untuk menentukan periode observasi historis, maka periode rata-rata
tertimbang untuk setiap observasi sekurang-kurangnya 6 bulan (125 hari kerja).
Penggunaan VaR untuk mengukur risiko
pasar sebagai bagian dari keseluruhan
proses manajemen risiko memiliki
beberapa manfaat, antara lain VaR dapat
digunakan untuk mengukur risiko
berbagai instrumen keuangan ke dalam satu
pengukuran risiko secara portofolio.
Dengan demikian, tidak seperti metode
standar di mana pengukuran risiko
dilakukan secara individual dan kemudian
dijumlahkan, VaR merupakan pengukuran
risiko pada tingkat portofolio atau
secara agregat.
b) Komponen VaR
Dalam melakukan perhitungan VaR perlu
dilakukan identifikasi komponen VaR,
sebagai berikut:
(1) Nilai Eksposur
Nilai ekposur adalah jumlah dari
posisi individual dalam portofolio yang
digunakan sebagai dasar untuk
menentukan besarnya VaR. Dalam
perhitungan nilai eksposur, posisi
individual dalam portofolio yang
digunakan dalam model VaR baik
instrumen keuangan tradisional seperti
obligasi maupun instrumen yang lebih
kompleks seperti future
dan option
harus dihitung dengan menggunakan
nilai pasar. Apabila tidak terdapat
nilai pasar atas instrumen tersebut,
maka bank harus menggunakan model
pengukuran nilai pasar yang relevan
dan didukung oleh teori serta asumsi
yang memadai.
(2) Volatilitas Return
Volatilitas return adalah suatu ukuran variabilitas imbal
hasil ( return) suatu
instrumen keuangan. Pada perhitungan
VaR, volatilitas imbal hasil diukur
dengan standar deviasi, yaitu nilai
simpangan (deviasi) imbal hasil suatu
instrumen keuangan pada hari tertentu
terhadap rata-rata imbal hasil
instrumen keuangan tersebut.
(3) Tingkat kepercayaan ( confidence level)
Confidence level adalah tingkat keyakinan yang
digunakan dalam
mengukur VaR. Sesuai rekomendasi
Basel, digunakan tingkat kepercayaan
sebesar 99% untuk mengukur VaR,
khususnya dalam menghitung
kewajiban penyediaan modal minimum
bank. Namun secara internal, bank
dapat menggunakan beberapa tingkat
kepercayaan (misalnya 95% atau
97%) dalam pengukuran VaR bank.
(4) Time horizon (period)
Time horizon adalah lamanya waktu yang ditetapkan
untuk memiliki asset
dalam portofolio, atau sering disebut
sebagai „holding period‟. Umumnya
holding period adalah selama 1 hari, tetapi dalam
kasus tertentu di mana
tidak terdapat pasar aktif atas
instrumen tertentu, holding
period dapat
mencapai 10 hari atau bahkan lebih
lama untuk kasus-kasus tertentu.
c) Pendekatan Perhitungan VaR
Terdapat tiga pendekatan model yang
digunakan untuk menghitung VaR, yaitu:
Variance Covariance,
Historical Simulation dan
Monte
Carlo Simulation.
(1) Metode Variance –
Covariance
Metode Variance –
Covariance
mengasumsikan bahwa
faktor-faktor risiko
terdistribusi secara normal,
pergerakan faktor-faktor risiko tidak terkorelasi
satu sama lain (serially independent), dan korelasi antar faktor risiko
bersifat konstan. Serially independent adalah besarnya perubahan harga
masing-masing faktor risiko pada satu
hari tertentu tidak berpengaruh
pada hari lainnya atau tidak terdapat auto correlation (misalnya kurs USD
hari ini tidak memiliki korelasi
dengan kurs USD esok harinya). Korelasi
konstan adalah hubungan antar faktor
risiko diasumsikan tidak berubah
sehingga dapat digunakan untuk
memprediksi potensi kerugian masa
depan.
Perhitungan VaR dengan pendekatan variance –
covariance
meliputi
identifikasi faktor risiko yang
mempengaruhi portofolio dan volatilitas
faktor risiko tersebut menurut data
historis. Untuk instrumen dengan
faktor risiko suku bunga, salah satu
cara perhitungan VaR adalah dengan
melakukan perhitungan sensitivitas
linier portofolio (PVBP/delta
position)
terhadap pergerakan faktor risiko.
Linieritas mengandung pengertian
bahwa sensitivitas portofolio adalah
fungsi konstan dari perubahan suku
bunga. Setelah menghitung sensitivitas
linier portofolio terhadap masingmasing
faktor risiko, dilakukan agregasi
faktor risiko yang relevan dari
seluruh portofolio, dengan
memperhitungkan korelasi antara faktor-faktor
risiko untuk menghitung risiko
portofolio.
Untuk instrumen dengan faktor risiko
nilai tukar, penilaian portofolio
dilakukan dengan memperhitungkan
seluruh eksposur bank baik pada
trading maupun banking book, yang mencakup posisi pada on dan off
balance sheet yang direvaluasi menurut nilai pasar (mark to market)
dengan spot rate pada saat itu.
Pengukuran risiko yang akurat harus
memperhitungkan pula kemungkinan
interaksi antara seluruh komponen
dalam suatu portofolio, karena
perubahan harga pada suatu instrumen
dalam portofolio dapat mempengaruhi instrumen lainnya baik pada kelompok aset
yang sama
maupun pada kelompok aset yang
berbeda. Salah satu cara untuk
mengukur bagaimana variabel dapat
saling berhubungan adalah dengan
cara menghitung covariance dari variabel-variabel tersebut.
Covariance adalah metode untuk mengukur seberapa
besar dua variabel
acak (independen) saling terkait satu
sama lain. Metode ini dapat
digunakan untuk membandingkan
ketergantungan antar variabel dengan
besaran yang sama. Metode untuk
mengukur derajat keterkaitan antar
sepasang variabel acak adalah dengan
menggunakan koefisien korelasi
( r ).
(2) Metode Historical Simulation
Metode historical simulation mengasumsikan bahwa imbal hasil atas
aset di
masa depan akan memiliki distribusi
yang sama dengan distribusi aktual
historis (data pasar historis)
sehingga tidak menggunakan asumsi-asumsi
parametris seperti normalitas dan
linearitas.
Perhitungan VaR dengan metode historical simulation
menggunakan
perubahan harga pasar harian dengan
periode observasi historis (periode
sampel) sekurang-kurangnya selama 1
tahun (250 hari kerja). Penetapan
laba/rugi harian dilakukan dengan cara
memperhitungkan pengaruh
perubahan harga pasar historis harian
terhadap eksposur. Selanjutnya
laba/rugi tersebut diurutkan mulai
dari rugi terbesar sampai dengan laba
terbesar.
Pada ilustrasi berikut ini, nilai VaR
dengan periode observasi 500 hari kerja
berdasarkan confidence level 99% berada pada urutan rugi terbesar
kelima
(1% x 500 data = data ke 5) atau
sebesar 27,558.
(3) Metode Monte Carlo
Simulation
Metode Monte Carlo Simulation menggunakan angka acak untuk
menciptakan skenario harga acak (random scenario), misalnya dengan
menggunakan 10.000 skenario, yang
digunakan untuk menilai portofolio
bankpada berbagai perubahan kondisi
pasar. Skenario acak yang dihasilkan
diubah sehingga memiliki distribusi
normal dengan menggunakan fungsi
inverse distribusi normal di mana pengembalian
dari harga aset yang
didistribusikan secara normal dan
bukan harga aset itu sendiri. Selanjutnya,
portofolio direvaluasi dengan
menggunakan seluruh skenario harga
tersebut. Hasil revaluasi portofolio
diurutkan mulai dari rugi terbesar
sampai dengan laba terbesar. VaR
ditetapkan sesuai dengan urutan
tertentu (dikaitkan dengan jumlah
skenario harga) berdasarkan confidence
level 99%. Ilustrasi perhitungan VaR dengan
metode Monte
Carlo disajikan
pada tabel berikut:
6) Stress Testing
Selain pengukuran risiko pasar dengan
VaR model, pengukuran risiko pasar juga
harus dapat mengukur eksposur risiko
pasar yang paling mungkin terjadi di masa
depan. Berdasarkan ketentuan KPMM
risiko pasar dengan menggunakan metode
standar, bank wajib melakukan simulasi
untuk menentukan bagaimana perilaku
portofolio yang dimiliki pada kondisi stress. Kerangka stress testing harus dimuat
dalam kebijakan manajemen risiko, dan
manajemen wajib mengkaji ulang hasil
stress testing secara berkala. Pengawas bank menilai
apakah asumsi dan parameter
yang digunakan relevan dan
merefleksikan perubahan kondisi pasar, serta skenario
“base case” dan „worst case” yang digunakan dapat diterima kewajarannya.
5. Pengukuran untuk Risiko Suku Bunga
pada Banking
Book ( Interest Rate Risk in
Banking Book/IRRBB)
Metode pengukuran IRRBB yang umum
digunakan bank antara lain adalah:
a. Repricing Schedule/Gap Report
Pendekatan ini menggunakan gap report yang disusun berdasarkan repricing
schedules. Gap report menempatkan seluruh posisi aset, kewajiban, dan rekening
administratif yang sensitif terhadap
perubahan suku bunga ke dalam skala waktu
tertentu berdasarkan sisa jangka waktu
sampai dengan periode penyesuaian tingkat
bunga berikutnya (untuk eksposur
bersuku bunga mengambang) atau sisa jangka
waktu sampai dengan jatuh tempo (untuk
eksposur bersuku bunga tetap). Selanjutnya,
posisi aset, kewajiban, dan rekening
administratif dalam skala waktu yang sama
dibandingkan dan selisih atau
perbedaan yang timbul merupakan gap dalam
skala
waktu tersebut. Terdapat 2 (dua)
pendekatan repricing
schedule yaitu:
1) Net Interest Income (NII) Gap
NII Gap merupakan pendekatan pengukuran
eksposur IRRBB yang paling
sederhana yang terfokus pada
perspektif rentabilitas (earnings
perspective).
Adapun proses perhitungan NII Gap adalah:
a) Bank menyusun gap report untuk menghasilkan net gap pada setiap time
band yang telah ditetapkan;
b) Bank menetapkan skenario perubahan
suku bunga pada setiap time
band.
Setelah bank dapat memperoleh net gap dan menetapkan skenario perubahan
suku bunga untuk setiap time band, maka bank dapat memperoleh perubahan
NII akibat pergerakan suku bunga
dengan menggunakan formula:
Perubahan NII = Gap x Perubahan Suku
Bunga x Jangka Waktu dimana gap secara
periodik berpengaruh
Berdasarkan ilustrasi diatas maka
dapat diukur penurunan NII bank akibat
kenaikan suku bunga sebesar 5% yaitu
sebesar – Rp 395 juta rupiah.
2) Duration Gap
Duration Gap merupakan pendekatan pengukuran
eksposur IRRBB yang berfokus
pada perspektif sensitivitas perubahan
nilai ekonomis dari aset dan kewajiban
terhadap perubahan suku bunga (economic value
perspective). Duration Gap
Analysis menggunakan input dari gap report. Adapun proses perhitungan
eksposur IRRBB dengan menggunakan gap report adalah:
a) Bank menyusun gap report untuk menghasilkan net gap pada setiap skala
waktu yang telah ditetapkan;
b) Bank menetapkan skenario perubahan
suku bunga pada setiap skala waktu;
c) Bank menghitung durasi untuk setiap
skala waktu dengan menggunakan
metode durasi;
d) Setelah bank dapat memperoleh net gap, menetapkan skenario perubahan
suku bunga dan menghitung durasi untuk
setiap skala waktu, maka bank
dapat memperoleh perubahan nilai
ekonomis akibat pergerakan suku bunga
dengan menggunakan formula:
b. Simulation Approach
Pendekatan ini menggunakan simulasi
arus kas berdasarkan berbagai asumsi yang
ditetapkan bank. Pendekatan ini lebih
maju daripada pendekatan repricing
schedule
karena hanya dapat dilakukan oleh bank
yang telah memiliki sistem informasi
manajemen yang memadai sehingga dapat
memproyeksikan arus kas bank di masa
depan. Teknik simulasi mencakup
simulasi pergerakan suku bunga pada arus kas dan
dampaknya pada rentabilitas dan nilai
ekonomis ekuitas bank.
Pada simulasi statis, arus kas
didasarkan atas posisi saat ini dari neraca dan rekening
administratif, sedangkan pada simulasi
dinamis, simulasi didasarkan pada asumsi
pergerakan arus kas pada masa yang
datang dan dapat pula mencakup asumsi opsi
yang melekat (embedded option) maupun opsi yang eksplisit.
Pendekatan simulasi yang digunakan
bank pada umumnya meliputi simulasi Net
Interest Income (NII) dan Economic Value of
Equity (EVE):
1) Simulasi Net Interest Income (NII)
Pendekatan ini mengukur perubahan NII
yang diakibatkan oleh perubahan suku
bunga, baik dalam skala kecil maupun
besar (shock) dalam kurun waktu tertentu.
Dibandingkan pendekatan NII gap dan standardized duration yang didasarkan
pada posisi suku bunga pada satu titik
waktu tertentu, pendekatan ini bersifat
lebih dinamis karena dibangun atas
dasar simulasi dengan berbagai asumsi yang
bersifat dinamis dan mempengaruhi
pergerakan instrumen suku bunga bank
termasuk pendapatan dan beban bunga.
Semakin besar risiko suku bunga, maka
semakin besar pula perubahan NII pada
skenario perubahan suku bunga
tertentu. Tabel berikut memperlihatkan
ilustrasi berbagai skenario alternatif
perubahan suku bunga yang dapat
digunakan untuk diperbandingkan dengan
skenario dasar (base scenario).
2) Economic Value of Equity (EVE)
Simulation
Pendekatan ini merupakan salah satu
teknik pengukuran IRRBB dengan
caramenganalisa dampak perubahan suku
bunga terhadap nilai pasar (market
value) modal (ekuitas) bank. Nilai pasar
modal bank merupakan selisih antara
nilai pasar aset dan kewajiban. Jika
tidak tersedia nilai pasar, maka bank dapat
menggunakan model seperti discounted cash flow aset dan kewajiban dengan
menggunakan discount factor tertentu dan ditetapkan sebagai
skenario dasar
(base scenario).
Akurasi pengukuran nilai pasar aset
dan kewajiban sangat bergantung pada
perhitungan arus kas dan tingkat
diskonto yang digunakan. Ketika memilih
tingkat diskonto yang digunakan, perlu
dipastikan apakah relevan dengan risiko
dan durasi dari arus kas. Di samping
itu, ketika mengukur arus kas, perlu juga
diperhatikan bahwa jumlah dan periode
arus kas dapat berbeda pada berbagai
skenario yang disebabkan pola perilaku
nasabah, khususnya terkait dengan
pertumbuhan dana pihak ketiga dan
pembayaran/pelunasan dini sebelum jatuh
tempo. Pola perilaku nasabah dapat
diprediksi dengan menggunakan suatu
model yang mengukur korelasi antara
perubahan suku bunga dengan tingkat
pelunasan dini dan/atau pertumbuhan
dana pihak ketiga. Setelah menetapkan
berbagai skenario alternatif yang akan
digunakan, seluruh aset dan kewajiban
selanjutnya dinilai kembali
menggunakan skenario suku bunga atau tingkat
diskonto yang telah ditetapkan untuk
mengetahui dampaknya terhadap
perubahan nilai pasar dari modal.
6. Limit Risiko Pasar
Penetapan dan pemantauan limit risiko
pasar merupakan salah satu alat pengendalian
khususnya untuk memastikan bahwa bank
beraktivitas di dalam koridor risk appetite yang
telah ditetapkan oleh manajemen bank.
Limit merupakan batas toleransi manajemen
terhadap risiko atas portofolio yang
dimiliki dengan mempertimbangkan strategi bisnis dan
telah didukung dengan buffer modal untuk potensi kerugian yang
mungkin terjadi. Limit
wajib disetujui oleh Dewan Komisaris
dan atau Direksi dan dikaji ulang secara
berkaladengan frekuensi yang lebih
sering apabila volatilitas faktor pasar meningkat. Limit
dialokasikan kepada unit bisnis dan traders (front
office) di bank dan wajib
dipahami oleh
seluruh personil terkait. Limit yang
ditetapkan dapat berupa hard
limit maupun soft limit
sebagai trigger/warning terhadap front office untuk mengambil tindakan antisipasi.
Limit wajib dipantau secara berkala
oleh pihak independen dari unit bisnis dan traders
misalnya oleh middle office (risk unit). Pihak independen tersebut harus memastikan bahwa
pengecualian (exceptions) atas limit dapat dideteksi,
dieskalasikan untuk memperoleh
persetujuan,dan ditindaklanjuti secara
memadai oleh manajemen bank.
Sistem limit harus disesuaikan dengan
metode pengukuran risiko yang digunakan bank.
Mekanisme penetapan dan pengalokasian
limit dapat berbeda antara satu bank dengan
bank lainnya serta disesuaikan dengan
kompleksitas transaksi maupun produk yang
diperdagangkan. Bank dapat
mengalokasikan limit berdasarkan produk atau berdasarkan
jenjang kepegawaian misalnya kepala trader diberikan kewenangan untuk
mengalokasikan
limit staf di bawahnya.
Jenis-jenis limit antara lain:
a. Notional Limit
1) Limit atas Posisi Net dan Gross
Limit risiko pasar dapat diterapkan
atas posisi net, posisi gross, atau keduanya. Limit
pada posisi gross membatasi besarnya posisi short atau long suatu instrumen
tertentu. Limit atas posisi net dikenakan setelah memperhitungkan offsetting antara
posisi long dan posisi short.
Sebagai contoh, bank dapat menggunakan limit Posisi
Devisa Neto (PDN) untuk mengendalikan
risiko nilai tukar, yang merupakan limit
atas posisi net.
2) Maximum Allowable Loss (Stop-Loss)
Limit ini ditetapkan untuk membatasi
akumulasi kerugian yang berlebihan pada
suatu posisi. Umumnya apabila limit
ini tercapai, manajemen senior menindaklanjuti
dengan melakukan lindung nilai atau
melikuidasi posisi tersebut. Limit ini lebih ketat
daripada limit posisi. Limit stop-loss biasanya mencakup kerugian kumulatif
untuk
periode tertentu, misalnya satu hari,
satu minggu, atau satu bulan.
3) Limit untuk Pasar yang Volatile atau Ilikuid
Bank dapat menerapkan limit untuk
membatasi trading
pada pasar yang volatile di
mana kerugian dapat terakumulasi
dengan cepat, atau membatasi trading pada
pasar yang ilikuid, di mana bank dapat
mengalami kerugian untuk menutup posisi
yang tidak dapat dioffset.
b. Limit Sensitivitas
1) Limit Net Delta Exposure
Limit ini dikenakan atas nilai tukar,
suku bunga, ekuitas dan komoditas. Misalnya
net HKD risk, net
Taiwan equity risk, net PV01 dalam suku bunga CAD.
2) Limit Opsi
Bank perlu menetapkan limit yang memadai
terhadap posisi options
untuk
mengendalikan risiko trading. Limit options meliputi limit atas perubahan harga aset
yang mendasari options (delta),
tingkat perubahan pada harga instrumen yang
mendasari (gamma), perubahan volatilitas harga
instrumen yang mendasari (vega),
perubahan waktu opsi sampai saat
eksekusi ( theta), dan perubahan suku bunga
(rho).
c. Limit Maturity Gap
Limit ini memungkinkan bank untuk
mengendalikan risiko yang disebabkan oleh
perubahan suku bunga yang tidak
diinginkan pada periode tertentu. Limit dapat berupa
nilai absolut maturity gap pada setiap skala waktu. Umumnya bank
menerapkan limit
maturity gap untuk mengendalikan risiko yang timbul
dari pergeseran non paralel pada
yield curve dan forward curve.
d. Limit Value-at-Risk
Manajemen bank dapat menerapkan limit
atas seberapa besar nilai suatu portofolio
dipengaruhi oleh perubahan underlying asset. Limit dapat ditetapkan sebagai
kerugian
maksimum yang diakibatkan oleh
skenario tertentu, misalnya perubahan suku bunga
sebesar 100 bps atau ditetapkan
berdasarkan tingkat kepercayaan pada pengukuran
VaR, misalnya 99%.
e. Limit Stress Testing
Limit Stress Testing ditetapkan berdasarkan efek laba rugi
yang terjadi akibat perubahan
faktor pasar ekstrim atas posisi
ataupun portofolio yang dimiliki. Untuk bank yang aktif
secara internasional, limit stress testing dapat dibedakan dengan skenario bagi
negara
berkembang dan negara maju mengingat
perubahan kondisi dan faktor pasar berbeda
antara kedua pasar dimaksud. Limit stress testing tidak dimaksudkan untuk berdiri
sendiri namun sebagai pelengkap limit
lainnya seperti limit sensitivitas dan VAR.
f. Limit Lainnya
Selain jenis-jenis limit risiko yang
telah dijelaskan sebelumnya, terdapat limit lainnya
yang sering digunakan bank untuk
mengendalikan risiko pasar :
1) Nilai Gross Posisi (long/short) atas
portofolio tertentu;
2) Total Single Name
Issuer Exposure;
3) Nominal Sovereign
Bond Holdings by country;
4) Single Name Bond
Concentration Limits;
5) Single name equity
limit misalnya nilai
posisi terhadap rata-rata volume trading;
6) Exchange Traded
Future dan Options misalnya jumlah kontrak terhadap x% Open
Interest atau volume harian;
7) Long Term Derivatives
untuk membatasi nilai long dated
derivatives pada pasar
yang kurang likuid dan dimana variable harga tidak selalu tersedia setiap
hari di
pasar.
di ilustrasi 15. simulasi NII, untuk perhitungan kenaikan -200bp s/d +200bp setiap perubahan % NII, perhitungannya didapat dari mana, sehingga bisa dapat +5% di Q1 yaa??
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete